Teori Reinforcement
disari dari berbagai sumber baik buku maupun online.
Ahmad Toni
Reinforcement Theory ini merupakan suatu pendekatan
psikologi yang sangat penting bagi manusia.Teori ini menjelaskan bagaimana
seseorang itu dapat menentukan, memilih dan mengambil keputusan dalam dinamika
kehidupan. Teori ini bisa digunakan pada berbagai macam situasi yang seringkali
dihadapi manusia. Reinforcement
Theory ini mengatakan bahwa tingkah laku manusia itu adalah hasil kompilasi
dari pengalaman-pengalaman yang ia temui sebelumnya, atau dalam
bahasa lainnya disebut “Consequences
influence behavior”.Contoh yang paling mudah yang bisa saya gambarkan
disini adalah bagaimana sikap yang diambil oleh seorang siswa di dalam kelas.
Asumsikan bahwa sang guru sudah menjelaskan seperangkap aturan yang harus
ditaati oleh siswa di dalam kelas. Suatu ketika, seorang siswa berteriak di
dalam kelas. Maka sang guru langsung memberikan hukuman kepada siswa tersebut.
Dari hukuman itu, siswa tadi akan merubah sikapnya untuk tidak berteriak lagi.
Juga demikian, kepada siswa yang tekun mengikuti pelajaran di dalam kelas, maka
sang guru memberikan kepada mereka semacam hadiah atau penghargaan. Jika sistem
ini berjalan dalam jangka waktu tertentu, maka keadaan siswa tadi pasti akan
konvergen untuk mengambil sikap yang baik di dalam kelas.
Dalam
Reinforcement Theory, terdapat 3 konsekuensi yang berbeda, yaitu:
1) Konsekuensi
yang memberikan reward.
2) Konsekuensi
yang memberikan punishment.
3) Konsekuensi
yang tidak memberikan apa –apa
Seorang siswa yang bersikap baik di dalam kelas, ia
akan mendapatkan reward. Dengan reward itu, ia akan bersikap lebih baik lagi.
Jika ia bersikap lebih baik lagi, ia akan mendapatkan reward lagi. Demikian
seterusnya yang terjadi sehingga ia pasti akan semakin konvergen dalam bersikap
baik di dalam kelas. Sebaliknya, jika ia bersikap buruk, maka ia akan menerima
punishment. Dengan punishment itu, ia akan merubah sikapnya. Jika punishment itu
tidak cukup untuk membuatnya berubah, maka ia akan mendapatkan punishment lagi,
sehingga dalam batasan tertentu, ia pasti akan berubah sikap yang hasilnya
adalah ia akan mendapatkan reward. Demikian seterusnya, sehingga pada suatu
saat nanti, ia akan konvergen bersikap baik di dalam kelas.
Ini adalah teori yang luar biasa dalam menjelaskan
dynamic system pada real system. Akan tetapi, sangat sulit sekali untuk
memodelkan dan mentransformasikannya dalam bentuk computational system. Coba
bayangkan pada kasus diatas. Seandainya saja siswa tersebut berteriak dan ia
mendapatkan punishment, maka bisa jadi punishment itu tidak berpengaruh pada
dirinya. Atau sebaliknya, punishment itu sangat berpengaruh pada dirinya,
sehingga ia menjadi sangat malu, dan akhirnya bunuh diri!. Juga demikian dengan
bagaimana memodelkan bentuk konsekuensi yang tepat, baik dari segi kategori
konsekuensi maupun dari segi intensitas konsekuensi. Kesulitan yang lainnya
adalah bagaimana memodelkan
sistem yang dinamik dalam aturan-aturan Reinforcement Theory.
Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa Reinforcement
Theory itu bukan merupakan teori yang sederhana, akan tetapi merupakan teori
yang sangat kompleks Reinforcement
adalah penguatan suatu reaksi. Ada tiga macam reinforcement yaitu : (1) Positive
Reinforcement, (2) Conditioned Reinforcement
(3) Intermittent Reinforcement.
Positive Reinforcement, adalah suatu peristiwa yang bila hadir mengikuti suatu
perilaku tertentu dapat menyebabkan perilaku tersebut akan diulangi. Ada
beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan reinforcement positif, yaitu:
1) Memilih
perilaku yang akan ditingkatkan, perilaku yang akan dikukuhkan harus diidentifikasi
secara spesifik. Hal ini akan membantu untuk memastikan reliabilitas dari
deteksi contoh dari perilaku dan perubahan frekuensinya. Serta meningkatkan
perilaku kemungkinan program reinforcement ini dilakukan secara konsisten.
2) Memilih
reinforcer, berbeda
individu, kemungkinan reinforcer yang digunakan juga berbeda. Ada juga
reinforcer yang merupakan reinforcer bagi semua orang. Lima macam reinforcer
yaitu : Consumable reinforcer – makanan, minuman, Activity reinforcer – hobi, olahraga, belanja, Manipulative
reinforcer – bersepeda, menggunakan internet, Possesional
reinforcer – gelas kesayangan, baju favorit,
Social reinforcer – pujian, pelukan, senyum
3) Membangun
pelaksanaan, makin lama periode deprivasi, maka reinforcer akan
makin efektif. Deprivasi adalah selang waktu training sebelumnya, di mana
individu tidak menerima reinforcer. Satiasi adalah kondisi di mana
individu menerima reinforcer terlalu banyak sehingga reinforcer tidak lagi
mengukuhkan.
4) Ukuran
reinforcer, ukuran atau
jumlah reinforcer merupakan ukuran yang penting dalam efektivitas reinforcer.
Jumlah reinforcer cukup untuk menguatkan perilaku yang ingin ditingkatkan,
namun jangan berlebihan untuk menghindari satiasi.
5) Pemberian
reinforcer, reinforcer
harus diberikan segera setelah perilaku muncul. Ada dua
macam prinsip, yaitu the direct acting
effect dan the indirect acting
effect.
6) Penggunaan
aturan, instruksi
dapat memfasilitasi perubahan perilaku dalam beberapa cara yaitu : instruksi
akan mempercepat proses belajar individu yang mengerti, instruksi dapat
mempengaruhi individu untuk berusaha bagi reinforcement yang ditunda, dan dapat
membantu mengajar individu (seperti anak kecil atau orang yang mengalami
hambatan perkembangan) untuk mengikuti instruksi.
7) Contingent
vs Noncontingent Reinforcement,
Reinforcement contingent : reinforcer tergantung pada perilaku, Reinforcement
noncontingent : reinforcer diberikan pada waktu tertentu dan tidak tergantung
pada perilaku, Memindahkan
individu dari program dan menggantinya dengan reinforcement yang natural. Setelah ada
penguatan perilaku melalui penggunaan reinforcement positif, ada kemungkinan
bagi reinforcer dari lingkungan alami individu untuk mengambil alih
pemeliharaan perilaku tersebut.
Conditioned
Reinforcement, unconditioned
reinforcer, suatu
stimulus yang menguatkan perilaku tertentu tanpa dikondisikan lebih dahulu. conditioned
reinforcer. stimulus
yang awalnya bukan reinforcer, tapi kemudian diasosiasikan dengan reinforcer
lain (back up reinforcer). Faktor –
faktor yang mempengaruhi conditioned reinforcer : Kekuatan back up reinforce, Macam back
up reinforcer ; simple conditioned reinforcer dan generalized conditioned reinforce, Schedule back up
reinforce. Contoh conditioned reinforcement : setiap siswa
yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan sekolah akan mendapatkan poin.
Ketika poin yang terkumpul sejumlah tertentu, siswa akan memperoleh hukuman yang
telah disepakati terlebih dahulu.
Intermittent
Reinforcement adalah
pemeliharaan perilaku dengan memberikan reinforcer sewaktu – waktu daripada
memberikannya setiap saat perilaku muncul. Keuntungan intermittent
reinforcement : reinforcer tetap efektif dalam waktu yang lebih lama
daripada continuous reinforcement, perilaku
yang diberi intermittent reinforcement
cenderung lebih lama hilang daripada yang diberi continuous reinforcement, individu bekerja lebih konsisten, perilaku
yang diberi intermittent reinforcement berlangsung dengan cepat ketika dipindah
ke reinforcer dalamlingkungan yang alami. Ada empat tipe jadwal :
1)
Ratio schedule,
fixed ratio contoh setiap meminjam dua film di rental dapat bonus satu, variable
ratio contoh mesin judi koin
2)
Simple interval schedule, fixed interval contoh gaji pegawai yang dibayar setiap
bulan, variable interval contoh menggunakan internet, semakin lama semakin
mahal.
3)
Interval
schedule with limited hold,
fixed interval hold dengan limited hold contoh toleransi keterlambatan
masuk kelas, variable
interval dengan limited hold contoh menelepon ketika jaringan sibuk, kita tidak
tau kapan telepon akan masuk.
4)
Duration schedule,
fixed duration schedule : pekerja yang dibayar per jam, variable
duration menunggu jalanan hingga agak sepi agar dapat menyeberang
Karakteristik Reinformcement
Penguatan
adalah semua peristiwa yang terjadi dalam rentangan waktu yang terdekat untuk
meningkatkan kecenderungan pengulangan respon yang telah dilakukan.Sama dengan
yang dikemukakan Prayitno bahwa penguatan (reinforcement) merupakan upaya untuk
mendorong diulanginya lagi (sesering mungkin) tingkah laku yang dianggap baik
oleh si pelaku. Penguatan diberikan dengan pertimbangan: tepat sasaran, tepat
waktu dan tempat, tepat isi, tepat cara, dan tepat orang yang memberikannya. Secara umum
ada dua bentuk penguatan atau reinforcement yaitu reinforcement positif dan
negative. Reinforcement yang diberikan kepada siswa baik positif maupun negatif
dengan prosedur yang tepat akan dapat memberikan manfaat dalam proses
konseling.
Tujuan
Reinformcement
Adapun tujuan dari teknik renforcement ini
antara lain adalah: Agar klien
terdorong untuk merubah tingkah lakunya, mengurangi frekuensi berlangsungnya
tingkah laku yang tidak diinginkan, memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan
terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan
Asumsi
Dasar:
1) Individu sangat dipengaruhi oleh
lingkungannya.
2) Perilaku dapat dibentuk dan diubah
sebagai hasil dari interaksi individu dengan lingkungan.
Teori
Kognisi (Pengetahuan)
Sebelum kita
membahas lebih lanjut tentang konsep teori pengolahan informasi Donald A.
Norman, terlebih dahulu kita memahami tentang apakah sebenarnya teori
pengolahan informasi itu? Dalam buku yang berjudul Educational Psychology,
dijelaskan bahwa pengolahan informasi adalah sebuah pendekatan kognitif
bagaimana seseorang mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi
berkenaan dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan pemrosesan informasi
adalah proses memori dan proses berpikir. Menurut pendekatan pemrosesan
informasi, seseorang secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses
informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan
pengetahuan dan keahlian yang kompleks. Jadi, pada intinya teori ini
menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat
dalam waktu yang cukup lama.
Berkaitan dengan apakah teori pengolahan
informasi itu, maka menurut Robert Sieglar yang dikutip oleh John W.
Santrock, bahwa karakteristik pendekatan pegolahan informasi adalah: proses
berpikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi diri. Selain karakteristik
tersebut, menurut Margaret E. Bell Gredler teori ini memiliki ciri khas yang
membedakan dengan teori belajar lainnya, yaitu: Pertama, teori ini tidak
bercirikan karya satu orang teoritikus saja atau satu ancangan penelitian
tertentu. Teori ini berdasarkan perkembangan seperti perkembangan program
konputer yang meniru kecerdasan manusia. Kedua, perpecahan pandangan filosofis
dalam bidang kognitif. Ketiga, perbedaan pada derajat penekanan soal belajar.
Teori pengolah informasi tidak memperlakukan belajar sebagai pusat penelitian
yang utama, belajar hanyalah merupakan salah satu proses yang diselidiki dan
antara kaitan belajar dan sub- sub ranah lain dari psikologi kognitif.
Dalam bukunya B. R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson dijelaskan bahwa latar
belakang teori pemrosesan informasi disebabkan adanya beberapa faktor yaitu: Psikologi S-R
yang berpandangan bahwa manusia berinteraksi dengan lingkungan secara otomatis,
seperti cara mesin.
1) Psikologi kognitif yang didoroang oleh Tolman, Bandura
dan Piaget yang lebih menekankan pentingnya informasi, harapan, keyakinan dan
skemata.
2) Sibernetik, teori yang berkembang sejalan perkembangan teknologi
dan ilmu pengetahuan informasi. Teori ini beranggapan bahwa proses belajar
adalah penting, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah sistem informasi
yang diproses yang akan dipelajarari. Informasi inilah yang akan menentukan
proses. Bagaimana proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan oleh sistem
informasi yang dipelajari. Manusia
secara terus- menerus
menguji sensory input melawan beberapa standard dan kemudian jika ada ketidak
cocokan diantara keduanya, maka yang menarik pada kesesuaian tingkah laku
hingga ketidcocokan dihilangkan. Teori ini beasumsi bahwa tidak ada
satu proses belajar apapun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok
untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.
Robotology, adalah rancangan mesin yang mampu melakukan
kegiatan seperti manusia. Dari sini maka robot dan organisme dianggap memiliki
diantaranya: (1) mekanisme
untuk menerima informasi dari lingkungan eksternal mereka; (2) mekanisme untuk
menerima informasi dari lingkungan internal mereka; (3) mekanisme untuk
belajar, pengolahan. dan menyimpan informasi, (4) mekanisme untuk mengubah
informasi diolah menjadi bentuk sonik produksi atau perilaku. Teori
informasi, yang menkonsep tindakan sebagai sesuatu cara yang obyektif pengukuran
informasi dan menunjukkan bagaimana infromasi dikodekan dengan sistem
komunikasi. Komputer,
komputer yang bertindak sebagai model kekuatan dengan studi proses kognitif
manusia. Komputer dan manusia menerima informasi dari
lingkungan. Komputer melakukan ini dengan menggunakan pembaca kartu, tape
drive, dll, sedangkan manusia melakukannya menggunakan akal mereka.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
terima kasih. segera saya akan konfirmasi.