Selasa, 02 September 2014

Teori Reinforcement (Ahmad Toni)

Teori Reinforcement
disari dari berbagai sumber baik buku maupun online. 
Ahmad Toni
Reinforcement Theory ini merupakan suatu pendekatan psikologi yang sangat penting bagi manusia.Teori ini menjelaskan bagaimana seseorang itu dapat menentukan, memilih dan mengambil keputusan dalam dinamika kehidupan. Teori ini bisa digunakan pada berbagai macam situasi yang seringkali dihadapi manusia. Reinforcement Theory ini mengatakan bahwa tingkah laku manusia itu adalah hasil kompilasi dari pengalaman-pengalaman yang ia temui sebelumnya, atau dalam bahasa lainnya disebut “Consequences influence behavior”.Contoh yang paling mudah yang bisa saya gambarkan disini adalah bagaimana sikap yang diambil oleh seorang siswa di dalam kelas. Asumsikan bahwa sang guru sudah menjelaskan seperangkap aturan yang harus ditaati oleh siswa di dalam kelas. Suatu ketika, seorang siswa berteriak di dalam kelas. Maka sang guru langsung memberikan hukuman kepada siswa tersebut. Dari hukuman itu, siswa tadi akan merubah sikapnya untuk tidak berteriak lagi. Juga demikian, kepada siswa yang tekun mengikuti pelajaran di dalam kelas, maka sang guru memberikan kepada mereka semacam hadiah atau penghargaan. Jika sistem ini berjalan dalam jangka waktu tertentu, maka keadaan siswa tadi pasti akan konvergen untuk mengambil sikap yang baik di dalam kelas.
Dalam Reinforcement Theory, terdapat 3 konsekuensi yang berbeda, yaitu:
1)    Konsekuensi yang memberikan reward.
2)    Konsekuensi yang memberikan punishment.
3)    Konsekuensi yang tidak memberikan apa –apa
Seorang siswa yang bersikap baik di dalam kelas, ia akan mendapatkan reward. Dengan reward itu, ia akan bersikap lebih baik lagi. Jika ia bersikap lebih baik lagi, ia akan mendapatkan reward lagi. Demikian seterusnya yang terjadi sehingga ia pasti akan semakin konvergen dalam bersikap baik di dalam kelas. Sebaliknya, jika ia bersikap buruk, maka ia akan menerima punishment. Dengan punishment itu, ia akan merubah sikapnya. Jika punishment itu tidak cukup untuk membuatnya berubah, maka ia akan mendapatkan punishment lagi, sehingga dalam batasan tertentu, ia pasti akan berubah sikap yang hasilnya adalah ia akan mendapatkan reward. Demikian seterusnya, sehingga pada suatu saat nanti, ia akan konvergen bersikap baik di dalam kelas.
Ini adalah teori yang luar biasa dalam menjelaskan dynamic system pada real system. Akan tetapi, sangat sulit sekali untuk memodelkan dan mentransformasikannya dalam bentuk computational system. Coba bayangkan pada kasus diatas. Seandainya saja siswa tersebut berteriak dan ia mendapatkan punishment, maka bisa jadi punishment itu tidak berpengaruh pada dirinya. Atau sebaliknya, punishment itu sangat berpengaruh pada dirinya, sehingga ia menjadi sangat malu, dan akhirnya bunuh diri!. Juga demikian dengan bagaimana memodelkan bentuk konsekuensi yang tepat, baik dari segi kategori konsekuensi maupun dari segi intensitas konsekuensi. Kesulitan yang lainnya adalah bagaimana memodelkan sistem yang dinamik dalam aturan-aturan Reinforcement Theory.
Sehingga bisa diambil kesimpulan bahwa Reinforcement Theory itu bukan merupakan teori yang sederhana, akan tetapi merupakan teori yang sangat kompleks  Reinforcement adalah penguatan suatu reaksi. Ada tiga macam reinforcement yaitu : (1) Positive Reinforcement, (2) Conditioned Reinforcement (3) Intermittent Reinforcement.
Positive Reinforcement, adalah suatu peristiwa yang bila hadir mengikuti suatu perilaku tertentu dapat menyebabkan perilaku tersebut akan diulangi. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi keefektifan reinforcement positif, yaitu:
1)    Memilih perilaku yang akan ditingkatkan, perilaku yang akan dikukuhkan harus diidentifikasi secara spesifik. Hal ini akan membantu untuk memastikan reliabilitas dari deteksi contoh dari perilaku dan perubahan frekuensinya. Serta meningkatkan perilaku kemungkinan program reinforcement ini dilakukan secara konsisten.
2)    Memilih reinforcer, berbeda individu, kemungkinan reinforcer yang digunakan juga berbeda. Ada juga reinforcer yang merupakan reinforcer bagi semua orang. Lima macam reinforcer yaitu : Consumable reinforcer – makanan, minuman, Activity reinforcer – hobi, olahraga, belanja, Manipulative reinforcer – bersepeda, menggunakan internet, Possesional reinforcer – gelas kesayangan, baju favorit, Social reinforcer – pujian, pelukan, senyum
3)    Membangun pelaksanaan, makin lama periode deprivasi, maka reinforcer akan makin efektif. Deprivasi adalah selang waktu training sebelumnya, di mana individu tidak menerima reinforcer. Satiasi adalah kondisi di mana individu menerima reinforcer terlalu banyak sehingga reinforcer tidak lagi mengukuhkan.
4)    Ukuran reinforcer, ukuran atau jumlah reinforcer merupakan ukuran yang penting dalam efektivitas reinforcer. Jumlah reinforcer cukup untuk menguatkan perilaku yang ingin ditingkatkan, namun jangan berlebihan untuk menghindari satiasi.
5)    Pemberian reinforcer, reinforcer harus diberikan segera setelah perilaku muncul. Ada dua macam prinsip, yaitu the direct acting effect dan the indirect acting effect.
6)    Penggunaan aturan, instruksi dapat memfasilitasi perubahan perilaku dalam beberapa cara yaitu : instruksi akan mempercepat proses belajar individu yang mengerti, instruksi dapat mempengaruhi individu untuk berusaha bagi reinforcement yang ditunda, dan dapat membantu mengajar individu (seperti anak kecil atau orang yang mengalami hambatan perkembangan) untuk mengikuti instruksi.
7)    Contingent vs Noncontingent Reinforcement, Reinforcement contingent : reinforcer tergantung pada perilaku, Reinforcement noncontingent : reinforcer diberikan pada waktu tertentu dan tidak tergantung pada perilaku, Memindahkan individu dari program dan menggantinya dengan reinforcement yang natural. Setelah ada penguatan perilaku melalui penggunaan reinforcement positif, ada kemungkinan bagi reinforcer dari lingkungan alami individu untuk mengambil alih pemeliharaan perilaku tersebut.
Conditioned Reinforcement, unconditioned reinforcer, suatu stimulus yang menguatkan perilaku tertentu tanpa dikondisikan lebih dahulu. conditioned reinforcer. stimulus yang awalnya bukan reinforcer, tapi kemudian diasosiasikan dengan reinforcer lain (back up reinforcer). Faktor – faktor yang mempengaruhi conditioned reinforcer : Kekuatan back up reinforce, Macam back up reinforcer ; simple conditioned reinforcer dan generalized conditioned reinforce, Schedule back up reinforce. Contoh conditioned reinforcement : setiap siswa yang melakukan pelanggaran terhadap peraturan sekolah akan mendapatkan poin. Ketika poin yang terkumpul sejumlah tertentu, siswa akan memperoleh hukuman yang telah disepakati terlebih dahulu.
Intermittent Reinforcement adalah pemeliharaan perilaku dengan memberikan reinforcer sewaktu – waktu daripada memberikannya setiap saat perilaku muncul. Keuntungan intermittent reinforcement : reinforcer tetap efektif dalam waktu yang lebih lama daripada continuous reinforcement, perilaku yang diberi intermittent reinforcement cenderung lebih lama hilang daripada yang diberi continuous reinforcement, individu bekerja lebih konsisten, perilaku yang diberi intermittent reinforcement berlangsung dengan cepat ketika dipindah ke reinforcer dalamlingkungan yang alami. Ada empat tipe jadwal :
1)    Ratio schedule, fixed ratio contoh setiap meminjam dua film di rental dapat bonus satu, variable ratio contoh mesin judi koin
2)    Simple interval schedule, fixed interval contoh gaji pegawai yang dibayar setiap bulan, variable interval contoh menggunakan internet, semakin lama semakin mahal.
3)     Interval schedule with limited hold, fixed interval hold dengan limited hold contoh toleransi keterlambatan masuk kelas, variable interval dengan limited hold contoh menelepon ketika jaringan sibuk, kita tidak tau kapan telepon akan masuk.
4)    Duration schedule, fixed duration schedule : pekerja yang dibayar per jam, variable duration menunggu jalanan hingga agak sepi agar dapat menyeberang
Karakteristik Reinformcement
Penguatan adalah semua peristiwa yang terjadi dalam rentangan waktu yang terdekat untuk meningkatkan kecenderungan pengulangan respon yang telah dilakukan.Sama dengan yang dikemukakan Prayitno bahwa penguatan (reinforcement) merupakan upaya untuk mendorong diulanginya lagi (sesering mungkin) tingkah laku yang dianggap baik oleh si pelaku. Penguatan diberikan dengan pertimbangan: tepat sasaran, tepat waktu dan tempat, tepat isi, tepat cara, dan tepat orang yang memberikannya. Secara umum ada dua bentuk penguatan atau reinforcement yaitu reinforcement positif dan negative. Reinforcement yang diberikan kepada siswa baik positif maupun negatif dengan prosedur yang tepat akan dapat memberikan manfaat dalam proses konseling.
Tujuan Reinformcement
Adapun tujuan dari teknik renforcement ini antara lain adalah: Agar klien terdorong untuk merubah tingkah lakunya, mengurangi frekuensi berlangsungnya tingkah laku yang tidak diinginkan, memberikan penguatan terhadap suatu respon yang akan mengakibatkan terhambatnya kemunculan tingkah laku yang tidak diinginkan
Asumsi Dasar:
1)    Individu sangat dipengaruhi oleh lingkungannya.
2)    Perilaku dapat dibentuk dan diubah sebagai hasil dari interaksi individu dengan lingkungan.
Teori Kognisi (Pengetahuan)
Sebelum kita membahas lebih lanjut tentang konsep teori pengolahan informasi Donald A. Norman, terlebih dahulu kita memahami tentang apakah sebenarnya teori pengolahan  informasi itu? Dalam buku yang berjudul Educational Psychology, dijelaskan bahwa pengolahan informasi adalah sebuah pendekatan kognitif bagaimana seseorang mengolah informasi, memonitornya, dan menyusun strategi berkenaan dengan informasi tersebut. Inti dari pendekatan pemrosesan informasi adalah proses memori dan proses berpikir. Menurut pendekatan pemrosesan informasi, seseorang secara bertahap mengembangkan kapasitas untuk memproses informasi, dan karenanya secara bertahap pula mereka bisa mendapatkan pengetahuan dan keahlian yang kompleks. Jadi, pada intinya teori ini menjelaskan bagaimana seseorang memperoleh sejumlah informasi dan dapat diingat dalam waktu yang cukup lama.
Berkaitan dengan apakah teori pengolahan informasi itu, maka  menurut Robert Sieglar yang dikutip oleh John W. Santrock, bahwa karakteristik pendekatan pegolahan informasi adalah: proses berpikir, mekanisme pengubah, dan modifikasi diri. Selain karakteristik tersebut, menurut Margaret E. Bell Gredler teori ini memiliki ciri khas yang membedakan dengan teori belajar lainnya, yaitu: Pertama, teori ini tidak bercirikan karya satu orang teoritikus saja atau satu ancangan penelitian tertentu. Teori ini berdasarkan perkembangan seperti perkembangan program konputer yang meniru kecerdasan manusia. Kedua, perpecahan pandangan filosofis dalam bidang kognitif. Ketiga, perbedaan pada derajat penekanan soal belajar. Teori pengolah informasi tidak memperlakukan belajar sebagai pusat penelitian yang utama, belajar hanyalah merupakan salah satu proses yang diselidiki dan antara kaitan belajar dan sub- sub ranah lain dari psikologi kognitif.
Dalam bukunya B. R. Hergenhahn dan Matthew H. Olson dijelaskan bahwa latar belakang teori pemrosesan informasi disebabkan adanya beberapa faktor yaitu: Psikologi S-R yang berpandangan bahwa manusia berinteraksi dengan lingkungan secara otomatis, seperti cara mesin.
1)     Psikologi kognitif yang didoroang oleh Tolman, Bandura dan Piaget yang lebih menekankan pentingnya informasi, harapan, keyakinan dan skemata.
2)     Sibernetik, teori yang berkembang sejalan perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan informasi. Teori ini beranggapan bahwa proses belajar adalah penting, akan tetapi yang lebih penting lagi adalah sistem informasi yang diproses yang akan dipelajarari. Informasi inilah yang akan menentukan proses. Bagaimana proses belajar akan berlangsung sangat ditentukan oleh sistem informasi yang dipelajari. Manusia secara terus- menerus menguji sensory input melawan beberapa standard dan kemudian jika ada ketidak cocokan diantara keduanya, maka yang menarik pada kesesuaian tingkah laku hingga ketidcocokan dihilangkan.  Teori ini beasumsi bahwa tidak ada satu proses belajar apapun yang ideal untuk segala situasi, dan yang cocok untuk semua siswa. Sebab cara belajar sangat ditentukan oleh sistem informasi.

Robotology, adalah rancangan mesin yang mampu melakukan kegiatan seperti manusia. Dari sini maka robot dan organisme dianggap memiliki diantaranya: (1) mekanisme untuk menerima informasi dari lingkungan eksternal mereka; (2) mekanisme untuk menerima informasi dari lingkungan internal mereka; (3) mekanisme untuk belajar, pengolahan. dan menyimpan informasi, (4) mekanisme untuk mengubah informasi diolah menjadi bentuk sonik produksi atau perilaku. Teori informasi, yang menkonsep tindakan sebagai sesuatu cara yang obyektif pengukuran informasi dan menunjukkan bagaimana infromasi dikodekan dengan sistem komunikasi. Komputer, komputer yang bertindak sebagai model kekuatan dengan studi proses kognitif manusia. Komputer dan manusia menerima informasi dari lingkungan. Komputer melakukan ini dengan menggunakan pembaca kartu, tape drive, dll, sedangkan manusia melakukannya menggunakan akal mereka.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

terima kasih. segera saya akan konfirmasi.